Buku Catatan Rahasia Ayah
Buku Catatan Rahasia Ayah - Ada sebuah keluarga yang terlihat damai dan rukun dalam kesehariannya. Tinggallah Ayah dan ibu
serta seorang anak laki-laki yang beranjak dewasa. Selama 30 tahun ayah
dan ibunya menikah, sejak kecil sang anak tidak pernah melihat
pertengkaran yang terjadi antara ayah dan ibunya. Dalam hati sang anak
berpikiran bahwa kehidupan perkawinan dari orang tuanya bisa menjadi
teladan baginya jika suatu saat mempunyai istri.
Sang anak kemudian menikah dengan gadis
impiannya, dan memutuskan tinggal dirumah sendiri. Kadang apa yang
direncanakan tidak seperti kenyataan. Harapan sang anak tadi ingin bisa
hidup rukun dan bahagia dalam rumah tangganya seperti ayah ibunya. Tak
lama setelah menikah, sang anak dan istrinya sering bertengkat yang
hanya disebabkan oleh hal-hal kecil.
Suatu hari sang anak mengunjungi orang
tuanya. Saat anak dan ayahnya duduk santai di teras rumah, sang anak
menceritakan perihal rumah tangganya. Sang ayah berusaha menjadi
pendengar yang baik, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun saat anaknya
menceritakan keluh kesah rumah tangganya. Tidak lama kemudian sang ayah
berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, sang ayah membawa
beberapa buku catatan dan
ditumpuk di depan anaknya. Sebagian besar buku catatan tersebut
kertasnya telah menguning. Kelihatannya buku-buku itu telah disimpan
selama puluhan tahun, pikir sang anak.
Dengan penuh rasa ingin tahu, sang anak
mengambil salah satu diantara tumpukan buku tadi. Isi buku tadi berisi
tulisan tangan sang ayah. Sang anak penasaran dengan apa yang telah
ditulis ayahnya di buku yang dia pegang. Kemudian sang anak membaca
dengan seksama halaman demi halaman isi buku itu. Semuanya merupakan
tulisan catatan hal-hal sepele kejadian sekitar Ayah, “suhu udara mulai
berubah menjadi dingin, ia sudah mulai merajut baju wol untuk saya.”
Juga tertulis “anak–anak terlalu berisik, untung ada dia.”
Sedikit demi sedikit tercatat, semua itu
adalah catatan mengenai berbagai macam kebaikan dan cinta ibu kepada
ayah, mengenai cinta ibu terhadap anak, anak dan terhadap keluarga ini.
Dalam sekejap sang anak sudah membaca habis beberapa buku. Perasaan
hangat mengalir di dalam hati sang ana dan tak teras berlinang air mata.
Sambil mengangkat kepala dengan penuh rasa haru, sang anak berkata pada
ayah “ayah, saya sangat mengagumi ayah dan ibu.”
Ayah menggelengkan kepalanya dan
berkata, “tidak perlu kagum, kamu juga bisa.” Kemudian ayah berkata,
“menjadi suami istri selama puluhan tahun lamanya, tidak mungkin sama
sekali tidak terjadi pertengkaran dan benturan. Intinya adalah harus
bisa belajar untuk saling pengertian dan toleran. Setiap orang memiliki
masa emosional, ibumu terkadang kalau sedang kesal, juga suka mencari
gara – gara, melampiaskan kemarahannya pada ayah dengan mengomel”.
Dengan menghela nafas sebenter, kemudian
sang ayah melanjutkan, “Waktu itu saya bersembunyi di depan rumah, di
dalam buku catatan saya tuliskan segala hal yang telah ibumu lakukan
demi rumah tangga ini. Sering kali dalam hati saya penuh dengan amarah
waktu menulis kertasnya sobek akibat tembus oleh pena. Tapi saya masih
saja terus menulis satu demi satu kebaikannya, saya renungkan bolak
balik dan akhirnya emosinya juga tidak ada lagi, yang tinggal semuanya
adalah kebaikan dari ibumu.”
Dengan terpesona sang anak
mendengarkannya. lalu bertanya pada ayah, “Ayah, apakah ibuku pernah
melihat catatan-catatan ini?”. Sang ayah hanya tertawa dan berkata,
“Ibumu juga memiliki buku catatan. Dalam buku catatannya itu semua
isinya adalah tentang kebaikan diriku. Kadang kala di malam hari,
menjelang tidur, kami saling bertukar buku catatan, dan saling
menertawakan pihak lain. ha. ha. ha.”
Memandang wajah ayahnya yang dipenuhi
senyuman dan setumpuk buku catatan yang berada di atas meja, tiba – tiba
sang anak sadar akan rahasia dari suatu pernikahan “Cinta itu
sebenarnya sangat sederhana, ingat dan catat kebaikan dari orang lain.
Lupakan segala kesalahan dari pihak lain.” (@M)
http://www.jagatmotivasi.com/buku-catatan-rahasia-ayah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar